puah dok sajo

Saturday, May 28, 2011

Ibnu Khaldun (1332/732H, -- 1406/808H)

Tokoh Abd Al-Rahman Ibn Muhammad Ibn Khaldun (عبد الرحمن بن محمد بن خلدون الحضرمي) ataupun lebih dikenali dengan Ibn Khaldun merupakan salah seorang pakar sains Islam yang hidup antara tahun 1332 - 1395.

Nama penuhnya adalah Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Abi Bakr Muhammad ibn al-Hasan Ibn Khaldun lahir pada 27 Mei 1332 diTunisia dan meninggal 17 Mac 1406 di Kaherah, Mesir.

Keluarga Ibn Khaldun merupakan orang berada yang memberikan pendidikan terbaik kepadanya. Ibn Khaldun merupakan salah seorang pakar sejarah Arab teragung, juga dikenali sebagai bapa kepada sejarah kebudayaan dan sains sosial moden

Ibnu Khaldun dikenal sebagai seorang sejarawan terkemuka. Lewat Kitab Almuqadimmah yang ditulisnya, Ibnu Khaldun menjadi salah seorang intelektual Muslim legendaris sepanjang masa. Selain berkontribusi pada bidang sejarah, politik dan ekonomi, Ibnu Khaldun pun mencurahkan pikirannya dalam bidang pendidikan.

Pemikirannya dalam bidang pendidikan bermula dari presentasi ensiklopedia ilmu pengetahuannya. Hal ini merupakan jalan untuk membuka teori tentang pengetahuan dan presentasi umum mengenai sejarah sosial dan epitomologi berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan.

Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pengetahuan mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi dua macam, yakni; pengetahuan rasional dan pengetahuan tradisional. Pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang diperoleh dari kebaikan yang berasal dari pemikiran yang alami.

Sedangkan pengetahuan tradisional merupakan pengetahuan yang subjeknya, metodenya, dan hasilnya, serta perkembangan sejarahnya dibangun oleh kekuasaan atau seseorang yang berkuasa.

Menurut dia, ketika seorang anak baru dilahirkan, maka sang bayi belum memiliki ilmu. ''Bayi itu seumpama sebuah bahan mentah yang harus diberi isi yang baik supaya menjadi orang dewasa yang berguna kelak,'' tutur Ibnu Khaldun.

Ibnu Khaldun mengungkapkan, setiap orang mendapatkan ilmu pengetahuan melalui organ-organ tubuh yang diberikan oleh Tuhan. ''Kita belajar menggunakan mata, telinga, mulut, kaki, dan tangan. Semua organ tubuh itu mendukung kita dalam proses pembelajaran demi mendapat ilmu pengetahuan,'' ungkapnya.

Ibnu Khaldun juga membagi ilmu pengetahuan berdasarkan tingkat pemikiran yaitu: Pengetahuan praktis yang merupakan hasil dari memahami intelijen. Sehingga membuat kita mampu melakukan apapun di dunia dalam sebuah tatanan.

Pengetahuan tentang apa yang harus kita lakukan dan apa yang harus tidak kita lakukan. Hal ini berkaitan dengan apa yang baik dan apa yang buruk. Nilai-nilai tentang kebaikan dan keburukan bisa diperoleh dari intelijen empirik dan dapat diterapkan untuk menuntun kita saat berhubungan dengan orang lain.

Menurut dia, mengajarkan ilmu pengetahuan itu sangat penting, karena ilmu pengetahuan akan lebih mudah diperoleh manusia dengan bantuan dan ajaran gurunya.


Ibn Khaldun menjawat beberapa jawatan di bawah pemerintah Tinisia dan Morocco dan pada tahun 1363 bertindak sebagai duta raja Moor di Granada, kepada Pedro Kejam Castile "the Cruel of Castile".

Ibn Khaldun belayar ke Alexandria pada Oktober 1382, dimana beliau menghabiskan riwayatnya sebagai guru dan pensyarah di Al-Azhar dan universiti lain. Ibn Khaldun juga pernah dilantik sebagai Hakim Diraja oleh Sultan Abul Abbas, Cairo dan mengerjakan haji pada 1387.

Ibn Khaldun menyertai orang-orang Mesir dalam kempen mereka memerangi Tamerlane, pemerintah Mongol, dan bertanggung jawab mengatur penyerahan diri bandar Damsyik semasa ketiadaan Sultan Faraj.

Ibn Khaldun juga memajukan konsep ekonomi, perdagangan dan kebebasan. Ibn Khaldun membangunkan idea bahawa tugas kerajaan hanya terhad kepada mempertahankan rakyatnya dari keganasan, melindungi harta persendirian, menghalang penipuan dalam perdagangan, mencetak dan menguruskan penghasilan wang, dan melaksanakan kepimpinan politik bijaksana dengan perpaduan sosial dan kuasa tanpa paksaan.

Dalam segi ekonomi, Ibn Khaldun memajukan teori nilai dan hubungkaitnya dengan tenaga buruh, memperkenalkan pembahagian tenaga kerja, menyokong pasaran terbuka, menyedari kesan dinamik permintaan dan bekalan keatas harga dan keuntungan, menolak cukai yang tinggi, menyokong perdagangan bebas dengan orang asing, dan percaya kepada kebebasan memilih bagi membenarkan rakyat bekerja keras untuk diri mereka sendiri.

Tambahan lagi, Ibn Khaldun terkenal kerana hasil kerjanya dalam sosiologi, astronomi, numerologi, kimia, dan sejarah. Secara berseorangan, Ibn Khaldun telah meletakkan titik mula bagi tradisi intelelek pemikiran bebas Islam dan Arab, kerajaan bertanggung jawab, pasaran efficent, penyiasatan sains empirikal, pengkajian sosialogi, dan penyelidikan sejarah.

"Sesiapa jua yang mengambil harta orang lain, atau menggunakannya untuk kerja paksa, atau membuat tuduhan yang tidak wajar hendaklah ingat bahawa ini adalah apa yang Pemberi Hukum maksudkan apabila melarang ketidakadilan."
- Ibn Khaldun

Friday, May 27, 2011

IBNU SINA(370-428)



Nama ibnu sina di nasabkan kepada datuknye .name sebenarnye ialah Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdullah Ibn Sina atau dikenali sebagai Avicenna di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains dari Iran yang hidup antara tahun 980 - 1037 M.lahir pada tahun 370 di sebuah desa Khormeisan dekat Bukhara. Sejak ZAMAN kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu. Pengajian peringkat awalnya bermula di Bukhara dalam bidang bahasa dan sastera. Selain itu, beliau turut mempelajari ilmu-ilmu lain seperti geometri, logik, matematik, sains, fiqh, dan perubatan.
Walaupun Ibnu Sina menguasai pelbagai ilmu pengetahuan termasuk falsafah tetapi beliau lebih menonjol dalam bidang perubatan sama ada sebagai seorang doktor ataupun mahaguru ilmu tersebut.
Ibnu Sina mula menjadi terkenal selepas berjaya menyembuhkan penyakit Putera Nub Ibn Nas al-Samani yang gagal diubati oleh doktor yang lain. Kehebatan dan kepakaran dalam bidang perubatan tiada tolok bandingnya sehingga beliau diberikan gelaran al-Syeikh al-Rais (Mahaguru Pertama),dan sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.

Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;

“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakanorang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya… Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.

Kesibukannya di pentas politik di Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok , tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.

Ketika berada di dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.

Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.

Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.

Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.

Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”

Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslimsebelumnya.

Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diridari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.

Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.

Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman darialiran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran AristotelesKristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.

SUMBANGAN

Kemasyhurannya melangkaui wilayah dan negara Islam. Bukunya Al Qanun fi al-Tibb telah diterbitkan di Rom pada tahun 1593 sebelum dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggeris dengan judul Precepts of Medicine. Dalam jangka masa tidak sampai 100 tahun, buku itu telah dicetak ke dalam 15 buah bahasa. Pada abad ke-17, buku tersebut telah dijadikan sebagai bahan rujukan asas diuniversiti-universiti Itali dan Perancis. Malahan sehingga abad ke-19, bukunya masih diulang cetak dan digunakan oleh para pelajar perubatan.

Ibnu Sina juga telah menghasilkan sebuah buku yang diberi judul (Remedies for The Heart) yang mengandungi sajak-sajak perubatan. Dalam buku itu, beliau telah menceritakan dan menghuraikan 760 jenis penyakit bersama dengan cara untuk mengubatinya. Hasil tulisan Ibnu Sina sebenarnya tidak terbatas kepada ilmu perubatan sahaja. Tetapi turut merangkumi bidang dan ilmu lain seperti metafizik, muzik, astronomi, philologi (ilmu bahasa), syair, prosa, dan agama.

Penguasaannya dalam pelbagai bidang ilmu itu telah menjadikannya seorang tokoh sarjana yang serba boleh. Beliau tidak sekadar menguasainya tetapi berjaya mencapai tahap kemuncak (zenith) iaitu puncak kecemerlangan tertinggi dalam bidang yang diceburinya.

Di samping menjadi puncak dalam bidang perubatan, Ibnu Sina juga menduduki kedudukan yang tinggi dalam bidang ilmu logik sehingga digelar guru ketiga. Dalam bidang penulisan, Ibnu Sina telah menghasilkan ratusan karya termasuk kumpulan risalah yang mengandungi hasil sastera kreatif.


Perubatan Yunani berasaskan teori empat unsur yang dinamakan humours iaitu
darah, lendir (phlegm), hempedu kuning (yellow bile), dan hempedu hitam (black bile). Menurut teori ini, kesihatan seseorang mempunyai hubungan dengan campuran keempat-empat unsur tersebut. Keempat-empat unsur itu harus berada pada kadar yang seimbang dan apabila keseimbangan ini diganggu maka seseorang akan mendapat penyakit.
Perkara yang lebih menakjubkan pada Ibnu Sina ialah beliau juga merupakan seorang ahli
falsafah yang terkenal. Beliau pernah menulis sebuah buku berjudul al-Najah yang membicarakan persoalan falsafah. Pemikiran falsafah Ibnu Sina banyak dipengaruhi oleh aliran falsafah al-Farabi yang telah menghidupkan pemikiran Aristotle. Oleh sebab itu, pandangan perubatan Ibnu Sina turut dipengaruhi oleh asas dan teori perubatan Yunani khususnya Hippocrates.

Setiap individu dikatakan mempunyai formula keseimbangan yang berlainan. Meskipun teori itu didapati tidak tepat tetapi telah meletakkan satu landasan kukuh kepada dunia perubatan untuk mengenal pasti punca penyakit yang menjangkiti manusia. Ibnu Sina telah menapis teori-teori kosmogoni Yunani ini dan mengislamkannya.

Ibnu Sina percaya bahawa setiap tubuh manusia terdiri daripada empat unsur iaitu tanah, air, api dan angin. Keempat-empat unsur ini memberikan sifat lembap, sejuk, panas, dan kering serta sentiasa bergantung kepada unsur lain yang terdapat dalam alam ini. Ibnu Sina percaya bahawa wujud ketahanan semula jadi dalam tubuh manusia untuk melawan penyakit. Jadi, selain keseimbangan unsur-unsur yang dinyatakan itu, manusia juga memerlukan ketahanan yang kuat dalam tubuh bagi mengekalkan kesihatan dan proses penyembuhan.

Pengaruh pemikiran Yunani bukan sahaja dapat dilihat dalam pandangan Ibnu Sina mengenai kesihatan dan perubatan, tetapi juga bidang falsafah. Ibnu Sina berpendapat bahawa matematik boleh digunakan untuk mengenal Tuhan. Pandangan seumpama itu pernah dikemukakan oleh ahli falsafah Yunani seperti Pythagoras untuk menghuraikan mengenai sesuatu kejadian. Bagi Pythagoras, sesuatu barangan mempunyai angka-angka dan angka itu berkuasa di alam ini. Berdasarkan pandangan itu, maka Imam al-Ghazali telah menyifatkan fahaman Ibnu Sina sebagai sesat dan lebih merosakkan daripada kepercayaan Yahudi dan Nasrani.

Sebenarnya, Ibnu Sina tidak pernah menolak kekuasaan Tuhan. Dalam buku An-Najah, Ibnu Sina telah menyatakan bahawa pencipta yang dinamakan sebagai "Wajib al-Wujud" ialah satu. Dia tidak berbentuk dan tidak boleh dibahagikan dengan apa-apa cara sekalipun. Menurut Ibnu Sina, segala yang wujud (mumkin al-wujud) terbit daripada "Wajib al-Wujud" yang tidak ada permulaan.

Tetapi tidaklah wajib segala yang wujud itu datang daripada Wajib al-Wujud sebab Dia berkehendak bukan mengikut kehendak. Walau bagaimanapun, tidak menjadi halangan bagi Wajib al-Wujud untuk melimpahkan atau menerbitkan segala yang wujud sebab kesempurnaan dan ketinggian-Nya.

Pemikiran falsafah dan konsep ketuhanannya telah ditulis oleh Ibnu Sina dalam bab "Himah Ilahiyyah" dalam fasal "Tentang adanya susunan akal dan nufus langit dan jirim atasan.

Pemikiran Ibnu Sina ini telah rnencetuskan kontroversi dan telah disifatkan sebagai satu percubaan untuk membahaskan zat Allah. Al-Ghazali telah menulis sebuah buku yang berjudul Tahafat al'Falasifah (Tidak Ada Kesinambungan Dalam Pemikiran Ahli Falsafah) untuk membahaskan pemikiran Ibnu Sina dan al-Farabi.

Antara percanggahan yang diutarakan oleh al-Ghazali ialah penyangkalan terhadap kepercayaan dalam keabadian planet bumi, penyangkalan terhadap penafian Ibnu Sina dan al-Farabi mengenai pembangkitan jasad manusia dengan perasaan kebahagiaan dan kesengsaraan di syurga atau neraka.

Walau apa pun pandangan yang dikemukakan, sumbangan Ibnu Sina dalam perkembangan falsafah Islam tidak mungkin dapat dinafikan. Bahkan beliau boleh dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab menyusun ilmu falsafah dan sains dalam Islam. Sesungguhnya, Ibnu Sina tidak sahaja unggul dalam bidang perubatan tetapi kehebatan dalam bidang falsafah mengatasi gurunya sendiri iaitu Abu Al-Nasr Al-Farabi (al-Farabi).

Ibnu Sina wafat 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di zamannya



Wednesday, May 25, 2011

WANITA PENDAMBA SYURGA

Wanita pendamba syurga
Pesona akhlakmu bagai mutiara yang berkilauan
Halus tuturmu menggambarkan pribadi yang santun
Kecantikan hatimu laksana kapas tanpa noda
Kesejukan aura jiwamu seperti bidadari syurga
Kau hiasi dirimu dengan bingkaian akhlak islami
Semakin berwibawa karena auratmu terhijabi.

Saat wanita lain bergelimang kesenangan semu
Menari-nari di atas lantai dansa
Menenggak arak dalam gelas-gelas kristal
Engkau justru mengurung diri
Mentafakuri kehidupan akhirat yang masih ghaib
Mengembara dalam pencarian jati diri.

Di saat wanita lain asyik memilih busana trendi
Sibuk memoles tubuh dan wajah
Berlomba memamerkan aurat mereka
Engkau justru tampil bersahaja
Dalam balutan gamis dan kerudung panjang
Engkau sembunyikan auratmu
Agar tak terjamah pesona kecantikan itu
Dari mata-mata lelaki jalang.

Di saat wanita-wanita lain tertawa lepas
Menikmati euphoria tanpa batas
Menebar cinta basi pada lelaki
Engkau justru menangis dalam sujud
Mendaki taubat dalam bukit tahajud
Mengemis ampunan pada Penggenggam nyawa
Menutup lisan dari bicara sia-sia.

Di saat wanita-wanita lain mengidolakan
Miyabi, Britney Spears, Celine Dion, Maddona
Engkau mengidolakan Khadijah, Maryam, Asiyah, Fatimah
Di saat wanita lain bangga aibnya terbuka
Puas jika namanya di puja-puja
Engkau justru mengasingkan diri dari gemerlap dunia
Merahasiakan kebaikan yang kau lakukan pada sesama
Karena takut jatuh pada perbuatan riya’.

Di saat wanita-wanita lain menghabiskan waktu di plaza
Menghamburkan materi dengan sia-sia
Engkau justru menghabiskan waktumu di mushola
Menguatkan zikir dan memuja asma-Nya.
Merenda istigfar di atas sajadah cinta.

Di saat wanita-wanita lain hanyut dalam pesona zaman
Bercengkerama liar dengan segala kemewahan
Sibuk memuja artis-artis idaman
Engkau justru sibuk mengkaji ilmu
Mendakwahkan agama Islam tanpa ragu
Berjibaku dengan segala kesulitan
Meneriakkan kalimat jihad militan.

Di saat wanita-wanita lain sibuk menenteng majalah erotis
Menggumbar gosip sesama secara sadis
Engkau justru teguh pada Al-Qur’an dan hadis
Yang kau jadikan pegangan hidup
Agar iman di dadamu tidak redup.

Wanita pendamba syurga…
Agungnya akhlakmu berselimut mutiara
Pada rahimmu kelak generasi-generasi agama
Akan Allah amanahkan
Engkau calon madrasah pertama
Saat mujahid-mujahid terlahir di dunia

Tuesday, May 24, 2011

SYEIKH MOHAMMAD IDRIS AL-MARBAWI

RIWAYAT HIDUP

Syeikh Idris dilahirkan di sebuah kampung bernama Misfallah di Makkah pada 28 Dzulkaedah 1313 Hijrah bersamaan 10 Mei 1896. Ibu bapa beliau berasal dari Kampung Lubok Merbau, Kuala Kangsar, Perak Darul Ridzuan. Ketika berusia 10 tahun, beliau sudah mampu menghafal kitab suci Al-Quran sebanyak 16 juzuk, di samping beberapa buah kitab lain. Pada tahun 1323 Hijrah, beliau pulang ke Malaysia bersama-sama keluarga.

Sekembalinya ke Malaysia, beliau meneruskan pengajiannya di Sekolah Melayu Lubok Merbau (kini dikenali Sekolah Kebangsaan Syeikh Mohd Idris Al-Marbawi). Seterusnya beliau melanjutkan pengajiannya di beberapa buah sekolah pondok, antaranya Pondok Wan Mohammad, Bukit Chandan, Kuala Kangsar (kini dikenali sebagai Madrasah Idrisiah), Pondok Tuan Hussien Al-Masudi (Kedah), Pondok Syeikh Ahmad al-Fatani (Bukit Mertajam) dan Pondok Tok Kenali (Kelantan). Setelah menamatkan pengajian, beliau bertugas sebagai guru agama di Perak.

Pada tahun 1924, beliau menyambung pengajian di Universiti Al-Azhar, Mesir, dan berjaya memperoleh Ijazah 'Aliyah (tertinggi). Beliau merupakan anak jati Perak pertama berjaya melanjutkan pengajiannya di Makkah. Semasa berada di sana, beliau menyusun kamus Arab-Melayu atau dikenali sebagai Kamus Al-Marbawi yang diterbitkan dalam tahun 1937 dan telah diulang cetak lebih daripada 24 kali. Kamus ini pada mulanya disusun oleh tiga orang iaitu beliau sendiri, Syeikh Juned Tola, dan Syeikh Tahir Jalaluddin. Namun, ketika dua tokoh yang terakhir ini kembali ke tanah air, karya itu diteruskan sendiri oleh Syeikh Idris al-Marbawi sebagai pengarang kamus tersebut.

SUMBANGAN


Atas sumbangan dan jasa besar dalam keagamaan dan persuratan, Syeikh Idris dianugerahkan Ijazah Kehormat Doktor Persuratan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pada 5 Julai 1980. Pada 1 Muharram 1408 Hijrah bersamaan 28 Ogos 1987, beliau diisytihar sebagai Tokoh Ma’al Hijrah Kebangsaan yang pertama.

Pada 19 April 1988, beliau telah dianugerahkan Pingat Ahli Mahkota Perak (AMP) oleh Sultan Perak, Paduka Seri Sultan Azlan Muhibbuddin Shah ibni Almarhum Yussuf Izzuddin Shah sempena hari keputeraan baginda.

Beliau adalah seorang tokoh ilmuan yang warak dan amat mementingkan hubungan kekeluargaan. Orang ramai yang mengenali beliau ternyata amat menyenangi dan menghormatinya. Keperibadian mulia di samping ketajaman fikiran walaupun telah berusia 90-an, merupakan aset beliau yang amat berharga. Penghayatan beliau terhadap ilmu, sifat rendah diri, di samping sifat dahagakan ilmu yang dimiliki, tidak dapat dinafikan lagi.

Bahkan semasa diminta berucap setelah dianugerahkan Tokoh Ma’al Hijrah, beliau dengan terus terang menyatakan yang beliau tidak layak berucap di situ kerana merasakan dirinya masih kekurangan ilmu. Dalam satu kejadian lain pula, beliau telah dilihat mengambil wudhu’ dengan menggunakan air yang sangat minimum yang tidak habis segayung air.

Sepanjang hampir 60 tahun berada di Timur Tengah, beliau banyak menjelajah dan menyaksikan pelbagai bentuk kebangkitan Islam selain daripada menjalankan kerja berdakwah. Ini telah banyak memberi kesedaran dan pengalaman berguna kepada beliau. Atas dasar ingin melihat lebih ramai muda mudi memperolehi pendidikan yang sempurna, beliau telah menggunakan wang ganjaran Tokoh Ma’al Hijrah untuk membolehkan anaknya menubuhkan sebuah Kolej Pengajian Islam yang dinamakan Kolej Idris Al-Marbawi Al-Islami di Ipoh, Perak. Tenaga pengajarnya terdiri daripada anaknya, Mariam dan cucu-cucunya serta beberapa orang tenaga pengajar luar.


PENINGGALAN


Walaupun belum puas mencurahkan bakti dan ilmu kepada seluruh umat manusia, ternyata Allah SWT lebih menyayangi beliau. Beliau telah kembali ke Rahmatullah ketika berusia 93 tahun pada hari Jumaat, 13 Oktober 1989, jam 8.30 pagi di Hospital Besar Ipoh, Perak. Jenazah beliau disemadikan di Tanah Perkuburan Islam Kampung Lubok Merbau, Kuala Kangsar, Perak, bersebelahan pusara isteri beliau, Khadijah binti Mohamad Idham yang telah meninggal dunia 14 bulan sebelum itu. Beliau telah meninggalkan seorang anak perempuan, tiga orang cucu dan tujuh orang cicit yang tinggal di Malaysia. Di samping itu beliau telah meninggalkan balu kedua, Hajjah Munirah binti Abdul Wahab yang menetap di Mesir.

Bagi mengenang jasa beliau, namanya telah diabadikan di sebuah kolej kediaman di Universiti Kebangsaan Malaysia dengan dikenali sebagai Kolej Idris al-Marbawi. Namanya juga diabadikan di sekolah tempat beliau menuntut ilmu di Kampung Lubok Merbau iaitu Sekolah Kebangsaan Syeikh Mohd Idris Al-Marbaw


KARYA


Antara karangan beliau ialah:

  1. Kamus al-Marbawi
  2. Kitab Bahrul Mazi
  3. Tafsir Quran Al Marbawi
  4. Tafsir Surah Yasin
  5. Tafsir Nurul Yaqin
  6. Tafsir Fathul Qadir
  7. Kitab Bulughul Maram
  8. Kitab Jami'ul Ulum
  9. Usulul Islam
  10. Nizamul Hayah
  11. Mu'jamul Ka'inat ( 4 Jilid ) dan lain-lain

SYEIKH MOHAMMAD IDRIS AL-MARBAWI


Syeikh Idris dilahirkan di sebuah kampung bernama Misfallah di Makkah pada 28 Dzulkaedah 1313 Hijrah bersamaan 10 Mei 1896. Ibu bapa beliau berasal dari Kampung Lubok Merbau, Kuala Kangsar, Perak Darul Ridzuan. Ketika berusia 10 tahun, beliau sudah mampu menghafal kitab suci Al-Quran sebanyak 16 juzuk, di samping beberapa buah kitab lain. Pada tahun 1323 Hijrah, beliau pulang ke Malaysia bersama-sama keluarga.Sekembalinya ke Malaysia, beliau meneruskan pengajiannya di Sekolah Melayu Lubok Merbau (kini dikenali Sekolah Kebangsaan Syeikh Mohd Idris Al-Marbawi). Seterusnya beliau melanjutkan pengajiannya di beberapa buah sekolah pondok, antaranya Pondok Wan Mohammad, Bukit Chandan, Kuala Kangsar (kini dikenali sebagai Madrasah Idrisiah), Pondok Tuan Hussien Al-Masudi (Kedah), Pondok Syeikh Ahmad al-Fatani (Bukit Mertajam) dan Pondok Tok Kenali (Kelantan). Setelah menamatkan pengajian, beliau bertugas sebagai guru agama di Perak.Pada tahun 1924, beliau menyambung pengajian di Universiti Al-Azhar, Mesir, dan berjaya memperoleh Ijazah 'Aliyah (tertinggi). Beliau merupakan anak jati Perak pertama berjaya melanjutkan pengajiannya di Makkah. Semasa berada di sana, beliau menyusun kamus Arab-Melayu atau dikenali sebagai Kamus Al-Marbawi yang diterbitkan dalam tahun 1937 dan telah diulang cetak lebih daripada 24 kali. Kamus ini pada mulanya disusun oleh tiga orang iaitu beliau sendiri, Syeikh Juned Tola, dan Syeikh Tahir Jalaluddin. Namun, ketika dua tokoh yang terakhir ini kembali ke tanah air, karya itu diteruskan sendiri oleh Syeikh Idris al-Marbawi sebagai pengarang kamus tersebut.

Wednesday, May 18, 2011

SULTAN MUHAMMAD AL-FATEH(1432-1481M)




PENGENALAN

Sultan Muhammad al-Fateh (Sultan Muhammad II) ialah salah seorang tokoh pejuang Islam dari kelompok pemerintah sama seperti Salahuddin al-Ayyubi. Beliau menerajui umat Islam melalui Empayar Uthmaniyyah yang berpusat di Turkistan (Turki). Gelaran ‘Al-Fath’, yang bermaksud kemenangan, adalah sempena kejayaannya menakluk Konstantinopel (Istanbul).

Rasulullah SAW pernah bersabda: “Konstantinopel akan ditakluki oleh tentera Islam. Rajanya adalah sebaik-baik raja, dan tenteranya adalah sebaik-baik tentera.” (HR Imam Ahmad)

Umat Islam berlumba-lumba membebaskan Konstantinopel untuk mendapatkan penghormatan yang dijanjikan oleh Allah SWT dalam hadis tersebut. Walau bagaimanapun, kesemua kempen yang dilancarkan menemui kegagalan. Di antaranya, lima kempen di zaman Kerajaan Umaiyyah, satu kempen di zaman Kerajaan Abbasiyyah dan dua kempen di zaman Kerajaan Uthmaniyyah.

Hadis ini telah membakar semangat sekian banyak tokoh dan tentera Islam untuk menakluki Konstantinopel yang terkenal dengan keutuhan tembok berlapisnya. Dari semasa ke semasa ada saja pejuang-pejuang yang maju ke hadapan untuk memenuhi maksud hadis tersebut. Sejak zaman para sahabat sehingga 800 tahun kemudiannya, pelbagai usaha ketenteraan telah dilakukan namun kesemuanya gagal menembusi tembok berlapis Konstantinopel. Konstantinopel yang berada di dalam Empayar Byzantine dianggap sangat penting kerana ianya merupakan laluan utama untuk ‘membuka’ Eropah keseluruhannya. Tuhan menzahirkan kebenaran kata-kata Nabi Muhammad SAW itu melalui Sultan Muhammad al-Fateh.

Seorang sahabat Rasulullah SAW bernama Abu Ayyub al-Ansari r.a. syahid berhampiran tembok kota Konstantinopel. Beliau melancarkan serangan pada zaman Kekhalifahan Bani Umayyah. Dikatakan antara hujah Abu Ayyub ke sana ialah kerana dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda bahawa akan ada seorang lelaki yang akan dikuburkan di sana. Beliau berharap agar dialah orangnya. Selain itu, jika dia gagal membuka Konstantinopel, dia berharap dapat mendengar derap kuda “sebaik-baik raja dan tentera” itu.


ZAMAN KANAK-KANAK

Sultan Muhammad al-Fateh dilahirkan pada 30 Mac 1432 di Adrianapolis yang terletak di sempadan Turki-Bulgaria. Bapanya Sultan Murad II (1401-1451) adalah seorang yang soleh, handal dalam perang dan mempunyai wawasan yang hebat. Dia memberikan didikan yang sempurna kepada anaknya sehingga Muhammad menjadi seorang yang berketrampilan sejak kecil lagi.

Muhammad belajar dan menguasai pelbagai cabang ilmu seperti agama, politik, seni tempur dan beladiri, ilmu peperangan, tasauf, psikologi dan lain-lain. Dia berkebolehan dalam 7 bahasa iaitu bahasa Arab, Turki, Greek, Hebrew, Parsi, Latin dan Serbia. Ini cukup untuk menggambarkan kecerdasannya yang luar biasa.

Kekhalifahan Uthmaniyyah yang bermazhab Ahli Sunnah wal Jamaah bermazhab Hanbali itu amat mementingkan ilmu tasauf kesufian. Pihak istana mengamalkan Tariqat Naqshabadiyyah. Para khalifah mempunyai bilik suluk khas mereka. Tokoh yang banyak membentuk rohani Sultan Murad dan anaknya ini ialah seorang mursyid besar Tariqat Naqshabandiyyah iaitu Syeikh Shamsuddin al-Wali, seorang berketurunan Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq r.a. Beliau bertindak sebagai penasihat kepada Kerajaan Turki Uthmaniyyah ketika itu.

Ketika Muhammad masih dalam buaian, Syeikh Shamsuddin pernah berkata kepada Sultan Murad bahawa bukan baginda yang akan menguasai Konstantinopel tetapi anaknya yang ketika itu sedang berada dalam buaian.


ZAMAN REMAJA

Muhammad al-Fateh mula memangku jawatan sebagai pemerintah kerajaan Islam pada tahun 1444 ketika baru berusia 12 tahun. Ketika itu bapanya iaitu Sultan Murad menjalankan urusan di luar kerajaan. Tugas ini dijalankannya dengan baik selama hampir 3 tahun. Pada tahun 1451, ketika usianya 19 tahun, barulah beliau menjawat jawatan khalifah secara rasmi. Sultan Muhammad ialah khalifah Uthmaniyyah yang ke-7.


ZAMAN DEWASA

Sepanjang hidupnya, Sultan Muhammad al-Fateh memimpin sendiri kempen ketenteraan sebanyak 25 kali. Walaupun dia ketua seluruh umat Islam pada zaman itu, namun dia seorang yang berjiwa rakyat. Dikatakan bahawa ketika tentera Islam membina ‘Benteng Rumeli Hisari’, Sultan Muhammad membuka serban dan bajunya lalu turut sama menjadi buruh binaan sehingga ulamak-ulamak dan menteri-menteri terpaksa ikut sama bekerja.

Sultan Muhammad sangat gemar memakai serban, begitu juga dengan tentera dan rakyat Turkistan ketika itu. Selain daripada mempraktikkan sunnah, serban besar mereka itu juga adalah kain kafan mereka sendiri. Hal ini menunjukkan kecintaan mereka untuk syahid pada bila-bila masa selain kecintaan kepada sunnah Rasulullah SAW. Sebab itu kesemua tentera Islam pada zaman itu berserban. Beliau seorang yang sentiasa tenang, pendiam, berani, sabar, tegas dan kuat menyimpan rahsia pemerintahan. Beliau sangat cintakan ulamak dan selalu berbincang dengan mereka tentang permasalahan negara.

Walaupun Sultan Muhammad sudah dilantik sebagai khalifah, tetapi dia masih memerlukan tunjuk ajar bapanya, yang juga gurunya. Oleh itu, sungguhpun Sultan Murad sudah bersara dan mahu memberi tumpuan pada amal ibadah, Sultan Muhammad tetap meminta bapanya ke medan perang. Setelah Sultan Murad uzur, barulah dia dibiarkan berehat. Kata-kata Sultan Muhammad al-Fateh kepada bapanya setelah dia menjawat jawatan khalifah: “Kalau ayahanda fikir ayahanda masih seorang khalifah, menjadi kewajipan ayahanda untuk turun ke medan perang. Tapi jika ayahanda memandang saya yang khalifah, maka saya perintahkan ayahanda untuk turun berjuang.” Begitulah lebih kurang. Dengan kata-kata ini, Sultan Murad tidak dapat berhelah lagi. Memang benar, perjuangan tidak ada hari berhentinya.


MEMBUKA KONSTANTINOPEL

Sebelum melakukan kempen ketenteraan ke atas Konstantinopel, Sultan Muhammad membuat persediaan rapi. Beliau belajar daripada sejarah yang menyaksikan kegagalan tentera Islam berulangkali dalam menyerang kota tersebut. Dengan tembok kota berlapis empat, setinggi 25 kaki dan berparit air di hadapannya, kota ini sungguh kebal. Untuk itu perancangan dan persediaan yang luar biasa mesti dilakukan.

Antara langkah awal yang diambil oleh Sultan Muhammad al-Fateh ialah mengerahkan pembinaan meriam paling besar dan berkuasa pada zaman itu. Meriam ini mampu menembak sejauh satu batu dengan peluru antara 300-1600 kilogram setiap biji. Tentera musuh memang gentar akan teknologi ketenteraan umat Islam ini. Meriam ini hanya boleh melepaskan 15 tembakan setiap hari. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk umat Islam menguasai teknologi.

Tentera Islam tiba di Konstantinopel dengan jumlah lebih kurang 150,000 orang. Apabila mereka solat berjemaah beramai-ramai, gementar hati tentera musuh melihat betapa ramai, berdisiplin, harmoni, bersungguh-sungguh dan bersatu hatinya tentera Islam. Dari segi psikologi, ianya memberikan kesan yang besar terhadap semangat tentera musuh.

Selain tembok kebal, penghalang besar antara tentera Islam dengan Kota Konstantinopel ialah Selat Bosphorus. Kapal-kapal tentera Islam tidak dapat membuat serangan kerana tentera Kristian sudah memasang rantai besi yang merentangi selat. Strategi ini berjaya menghalang kemaraan tentera Islam untuk tempoh yang agak lama juga.

Sultan Muhammad, yang berusia 21 tahun pada ketika itu, dan tenteranya tiba di Konstantinopel pada 19 April 1453. Mereka menghujani kota itu dengan tembakan meriam selama 48 hari, namun Konstantinopel masih utuh berdiri. Pihak musuh diperteguhkan pula dengan bantuan daripada Pope berupa 5 buah armada perang. Oleh itu, mereka yakin tentera Islam akan kehabisan ikhtiar, kelesuan dan akhirnya akan pulang dengan tangan kosong.

Namun, satu keajaiban berlaku. Pada suatu malam, Sultan Muhammad mengerahkan tenteranya menggerakkan kapal melalui jalan darat. Mereka menarik kapal-kapal itu lalu melabuhkannya di dalam selat. Hal ini memang satu idea yang sungguh luar biasa serta di luar jangkaan musuh.

Esoknya, tentera Kristian terkejut besar melihat sebanyak 72 kapal perang tentera Islam sudah berada di dalam selat dan bersedia melancarkan serangan. Mereka berasa hairan kerana rantai perentang masih tidak terjejas, jadi bagaimana kapal-kapal tentera Islam boleh masuk? Ketika inilah peperangan hebat berlaku.

Sesudah berlalu 53 hari, Konstantinopel masih tetap gagah. Sultan Muhammad tidak boleh membiarkan keadaan ini berterusan. Dengan nekad dia berkata: “Saya hendak mati! Sesiapa yang mahu mati, mari ikut saya!

Ucapan ini benar-benar membakar semangat tentera Islam. Seorang pahlawan bernama Hasan Ulubate beserta 30 orang pejuang Islam menyerbu masuk ke kubu musuh. Mereka berjaya memacakkan bendera daulah Islam di dalam kubu. Bendera yang berkibar itu menaikkan lagi semangat tentera Islam. Mereka bertarung sambil mengharapkan syahid. Dengan izin Allah, akhirnya Konstantinopel berjaya ditakluki oleh tentera Islam. Hasan Ulubate dan 30 orang perajuritnya gugur syahid akibat terkena anak panah musuh yang bertali arus.

Pada 29 Mei 1453, Kota Constantinople akhirnya jatuh ke tangan Islam. Sultan Muhammad dengan tawadhuknya melumurkan tanah ke dahinya, lalu melakukan sujud syukur. Semenjak peristiwa inilah beliau diberi gelaran Al-Fatehiaitu yang menang kerana kejayaannya menakluk Konstantinopel.

Sultan Muhammad kemudiannya menukar nama Konstantinopel kepada Islambol yang bermaksudIslam Keseluruhannya’ (Nama Islambol kemudiannya diubah pula kepada ‘Istanbul’ oleh seorang musuh Allah bernama Mustafa Kamal Attarturk laknatullah). Sultan Muhammad juga menukar Gereja Besar St. Sophies kepada sebuah masjid yang diberi nama ‘Aya Sofia’ (Sekarang telah dijadikan muzium). Selepas itu Sultan Muhammad menyebarluaskan lagi agama tauhid ke Hungary, Bosnia, Serbia, Albani dan sekitarnya.


SEBAIK-BAIK RAJA DAN SEBAIK-BAIK TENTERA

Selepas berjaya menakluki Konstantinopel, sampailah ketikanya untuk tentera Islam mengerjakan solat Jumaat yang pertama kalinya di sana. Timbul satu masalah, siapakah yang akan bertugas sebagai imam?

Sultan Muhammad al-Fateh bertitah kepada tenteranya: “Siapakah antara kamu yang pernah meninggalkan solat fardhu setelah baligh, sila duduk.” Tidak ada seorang pun dalam ribuan perajurit itu yang duduk. Maksudnya mereka tidak pernah meninggalkan kewajipan solat fardhu. Beginilah salah satu ciri sebaik-baik tentera.

Siapakah antara kamu yang pernah meninggalkan solat rawatib setelah baligh, sila duduk.” Sebahagian daripada tenteranya duduk. “Siapakah antara kamu yang pernah meninggalkan solat tajahud setelah baligh, sila duduk.” Semua tenteranya duduk, kecuali Sultan Muhammad sendiri. Hal ini menunjukkan bahawa beliau tidak pernah meninggalkan solat fardhu, solat rawatib dan solat tahajjud sejak akil baligh!


AKHIR HAYAT

Sultan Muhammad al-Fateh meninggal dunia pada 3 Mei 1481 di Hünkârcayırı, Gebze. Ada pendapat mengatakan dia meninggal kerana menderita penyakit ghout. Ada pula yang mengatakan dia diracun oleh seorang Yahudi bernama Maesto Jakopa. Ada orang mengaitkan putera Sultan Muhammad sendiri dalam hal ini.

Wallahua’lam.